Nina Mariana

Blog Seputar Kesehatan, Obat & Terapi

 

Vaksin Covid-19






Pandemi Covid-19


Tidak dipungkiri, pandemi COVID-19 menjadi masalah kesehatan utama dunia. Dampak pandemi tidak hanya bidang kesehatan tapi merembet ke lingkungan, sosial, ekonomi, teknologi. 



Penyebab pandemi adalah SARS-CoV-2, virus ini terus bermutasi dan memproduksi berbagai varian. Saat virus mereplikasi atau mengcopy dirinya sendiri, maka virus sedikit berubah. Perubahan ini disebut "mutasi". Virus dengan satu atau beberapa mutasi baru, maka disebut sebagai “varian” dari virus aslinya.



Virus Covid-19


Terdapat 3 kategori varian SARS-CoV-2, yaitu:
1. Variant of concern (VOC) antara lain B.1.1.7 (Alpha), B.1.351 (Beta), P.1 (Gamma), dan B.1.617.2 (Delta)
2. Variant of interest (VOI) antara lain C.37 (Lambda) dan B.1.621 (Mu)
3. Variant under monitoring (VUM) atau varian yang dimonitor yaitu varian XD merupakan gabungan dari Delta dan Omicron (BA.1)


Sejauh ini, jenis XBB.1.5 diyakini paling mudah menular, karena peningkatan mutasi pada protein spike virus (lihat gambar dibawah), yaitu bagian yang menempel pada sel manusia dan memungkinkan terjadinya infeksi.    


                   
covid-19



Peran Vaksin Covid-19


Lalu apa pentingnya mengetahui kategori varian tersebut?. Salah satu kepentingannya berkaitan dengan pengembangan vaksin COVID-19. Virus menjadi bahan pembuatan vaksin yang diubah menjadi non-aktif (vaksin tidak menggunakan virus hidup apa pun, dan vaksin tidak dapat menyebabkan infeksi virus COVID-19 atau virus lainnya).  Vaksin mensupport tubuh kita untuk mengenali dan membantu proteksi dari virus penyebeb COVID-19, namun varian SARS-CoV-2 terus berevolusi hingga kini, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah vaksin yang telah ada masih efektif?.



Vaksin COVID-19 telah digunakan dan memberi dampak nyata terhadap proteksi seseorang bahkan populasi dari infeksi virus, berupa penurunan kasus COVID-19 maupun penurunan derajat keparahan penderita COVID-19. Ratusan vaksin COVID-19 telah berhasil dikembangkan, termasuk yang masih dalam fase uji klinik maupun pra klinik.




Pengembangan Vaksin COVID-19 berdasarkan pengembangan teknologi kesehatan berupa berbagai platform, diantaranya vaksin berbasis DNA (DNA plasmid yang mengekspresikan protein Spike virus), vaksin berbasis m-RNA (domain pengikat reseptor protein spike virus), vaksin subunit (re-combinant spike protein), dan vaksin berbasis vektor (virus yang bereplikasi atau tidak bereplikasi digunakan untuk pengiriman protein spike virus). Protein spike ini menyerupai tonjolan paku di sekitar permukaan virus SARS-CoV-2 (lihat gambar virus diatas).



Untuk mengetahui efektivitas suatu vaksin harus melalui suatu uji klinik. Platform vaksin dikembangkan dan setelah lolos uji klinis fase 3 dapat digunakan manusia di dunia untuk mengatasi pandemi COVID-19 (karena akal manusia diciptakan untuk berikhtiar, berusaha). Efektivas vaksin tersebut dibuktikan berdasarkan proteksinya terhadap varian berbagai VOC dan derajat keparahan pasien ketika terinfeksi. Walaupun tidak semua data efektifas atau proteksi vaksin dapat diterbitkan, namun para ilmuwan terus mengembangkan vaksin. 



Walau bagaimanapun efek protektif vaksinasi di masa pandemi tidak hanya karena varian virus yang terjadi, tetapi faktor internal seseorang contohnya usia, ada tidaknya penyakit penyerta (komorbid), dan bahkan ras dapat mempengaruhi seseorang terinfeksi virus atau tidak, walaupun telah di vaksinasi. Saat ini, penting bagi  masyarakat tetap menjaga kesehatan, karena virus masih berevolusi tanpa kita sadari.

Covid-19


Sumber:

1. CDC. Understanding How COVID-19 Vaccines Work. 2023
2. ECDC. SARS-CoV-2 variants of concern as of 20 April 2023. 2023
3. WHO. Draft Landscape and Tracker of COVID-19 Candidate Vaccine. 2021








                                                                      





Covid-19





 

Tidak ada komentar: