Nina Mariana

Blog Seputar Kesehatan, Obat & Terapi

 

Kerja





Organ Ginjal

Ginjal terdiri dari jutaan nefron yang berfungsi untuk menyaring darah dari zat-zat limbah (sisa), serta dalam prosesnya melibatkan cairan dan elektrolit. Organ ginjal ini merupakan jalur utama untuk mengeliminasi obat dari tubuh.  


Obat-obatan (kecuali obat anestesi umum yang mudah menguap) masuk ke dalam tubuh melalui proses penyerapan hingga pengeluaran (ekskresi). Di dalam organ ginjal, obat disaring di bagian glomerulus. Hanya obat terionisasi yang mengalami penyaringan kembali, sementara yang tidak terionisasi sulit diserap lagi sehingga keluar melalui bagian tubulus ginjal dan pada akhirnya sejumlah kecil obat keluar bersama urin. Dengan kata lain, ginjal akan bekerja melalui 3 proses yaitu penyaringan di glomerulus, pengeluaran aktif di ujung tubulus dan penyerapan kembali secara pasif di sepanjang tubulus ginjal. 


Antara Penggunaan Obat dan Fungsi Ginjal

Peran ginjal sangat unik terkait pembersihan dan penyaringan obat serta risiko efek-efek yang menyertai proses tersebut. Efek apa yang dimaksud?, efek samping karena obat tentunya. Data riset menyebutkan sekitar 60% kerusakan ginjal akut akibat obat, dengan variasi derajat kerusakannya, mulai ringan hingga berat. Jika sistem tubuh ini (ginjal) tidak bekerja dengan baik, maka obat-obatan tetap beredar di dalam tubuh. Hal inilah yang dapat menyebabkan penumpukan obat, meningkat efek samping, atau toksisitas obat. 


Berbagai jenis atau golongan obat yang ada tidak semua memengaruhi ginjal. Terdapat 6 kelompok obat teratas yang berisiko kerusakan ginjal (nefrotoksik). Hampir obat-obatan ini cara pengeluarannya (ekskresi) di ginjal. Obat-obat tersebut antara lain: 
1. Obat antinyeri (obat analgetik, salah satu contohnya golongan Opioid). 
2. Antibiotik (contohnya golongan aminoglikosida)
3. Penghambat pompa proton (obat asam lambung) 
4. Antidiabetik (contohnya metformin)
5. Antihiperlipidemia (contohnya golongan statin) 
6. Obat untuk gangguan ereksi


Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang yang terpapar berbagai obat dengan potensi nefrotoksik akan serta merta ginjalnya berkembang menjadi rusak. Nefrotoksisitas dari obat-obatan, bahan kimia, dan zat lain yang tertelan adalah hasil dari proses komplek di dalam tubuh. Bagaimana dosis yang sesuai, atau jangka waktu penggunaan yang tepat juga merupakan bagian komplek tersebut, interaksi satu obat dengan obat lainnya dll, sehingga penggunaan obat ada aturannya.


Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun sekitar 1 % pertahun, dan usia lansia cenderung mengalami penurunan fungsi ginjal. Pada bayi yang baru lahir atau prematur, fungsi ginjalnya juga kurang sempurna. Oleh karena itu penggunaan obat-obatan yang berisiko kerusakan ginjal pada kelompok tersebut harus dimonitor ketat atau dicari alternatif obat-obat lain yang lebih aman untuk ginjal. Dokter akan berhati-hati saat meresepkan obat yang mungkin nefrotoksik bagi pasien lanjut usia yang sudah disertai penyakit gangguan ginjal sebelumnya. 


Bagaimana mengetahui terjadinya gangguan fungsi ginjal?. Besarnya penurunan fungsi ginjal dapat diketahui dari hasil pemeriksaan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau klirens kreatinin (ClCr). Berdasarkan hasil laboratorium fungsi ginjal tersebut, maka dokter akan memperkirakan sebelum meresepkan obat-obatan yang berisiko terhadap gangguan ginjal.
 

Sumber:
1. Reem Y Alhassani dkk. Drug Therapies Affecting Renal Function: An Overview. 2021
2. E-Book. Pharmacology and pharmacotherapeutics. 2015

 




Tidak ada komentar: