Nina Mariana

Blog Seputar Kesehatan, Obat & Terapi

Cara Terbaik Atasi Batuk


Siapapun pasti pernah batuk, kadang batuk mem”bandel” susah hilang, gatal tenggorok atau nyeri dada atau sulit tidur dan ketidaknyamanan lainnya. Batuk adalah gejala umum pada anak-anak dan dewasa. Banyak obat batuk dibeli sendiri oleh pasien, namun bukti kemajuran dan keamanan belum bermakna. Beberapa penelitian obat batuk juga hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan dengan pasien yang tanpa obat batuk. Umumnya batuk adalah bagian dari penyakit yang sembuh sendiri, pengobatan dapat dianggap tidak perlu pada beberapa pasien. Faktanya, jika batuk tidak kunjung reda, amat menyiksa, terutama pada anak-anak. Sebenarnya bagaimana pendekatan terapi terbaik sebagai bagian ikhtiar untuk mengatasi batuk?.



Ketahui Penyebab Batuk


Batuk disebabkan berbagai faktor, antara lain infeksi saluran napas, bisa karena bakteri atau virus; asma; iritan inhalasi/polutan; sindroma postnasal drip dan refluks gastro-oesophageal (asam lambung naik ke kerongkongan). Pada dasarnya, mekanisme neurofisiologis adalah yang mendasari terjadinya refleks batuk.



Batuk diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Batuk akut (beberapa hari saja hingga kurang 3 minggu) biasanya sembuh sendiri.

2. Batuk subakut (3–8 minggu) biasanya akibat dari sensitivitas dan hiper-responsif bronkus (saluran napas utama sebelum ke paru-paru) atau adanya infeksi yang mendasari sebelumnya. Batuk subakut ini mungkin dapat memicu infeksi jika tidak diatasi secara adekuat, karena terjadi kerusakan mukosa saluran napas.

3. Batuk kronik (lebih dari delapan minggu dan tidak lebih dua tahun), kemungkinan penyebabnya kanker, atau efek dari kebiasaan merokok, penyakit refluks gastro-esofagus (GERD), asma dan obat-obatan tertentu sebagai pemicunya.



Batuk dikenal pula ada batuk berdahak (produktif) atau batuk kering (tidak produktif). Batuk berdahak biasanya bronkitis kronik, iritan/polusi udara, kondisi alergi, asma, aspirasi, kanker paru, pnemonia (infeksi saluran napas bawah) atau TBC dll. Batuk kering biasanya postnasal drip, common cold (infeksi virus), penyakit refluks gastro-esofagus, obat antihipertensi pemicu batuk (golongan ACE inhibitor), gagal jantung, penyebab psikologis (misalnya faktor stress) dll. Oleh karena itu, mengetahui penyebab batuk adalah pendekatan pengobatan terbaik. 



Ketahui Cara kerja obat


Perlu diingat, bahwa batuk merupakan satu gejala dari suatu penyakit yang mendasarinya. Misalnya, timbul gejala batuk karena ada infeksi TBC, sehingga TBC perlu didiagnosis secara cepat dan diobati atau dikelola secara baik.



Jenis obat untuk mengatasi batuk biasanya antihistamin, mukolitik, ekspektoran, antitusif, bronkodilator. 



Cara kerja beberapa obat batuk, sebagai berikut: 

1. Obat yang memengaruhi faktor mukosiliar (bulu-bulu halus di mukosa saluran napas). Obat tersebut ada 2 jenis yaitu (1). antihistamin H1 (antagonis reseptor H1) artinya menghambat efek histamin, juga dapat menghambat reseptor muskarinik, α-adrenergik, dan serotonin (contoh: cetirizine). Jenis lainnya adalah (2). Mukolitik/ekspektoran, dengan cara kerja mengurangi kekentalan dahak (mukus) sehingga mengurangi hipersensitifitas reflek batuk (contoh: sistein/asetilsistein); memodulasi persyarafan kolinergik kelenjar lendir saluran napas, bekerja sebagai ekpektoran (contoh: guaifenesin); menginduksi serat mukoprotein sehingga  memodulasi aktivitas sekresi mukus (contoh: bromhexine and ambroxol). 

2. Obat yang bekerja di perifer pada reflek batuk. Obat non opioid sebagai antitusif bekerja perifer menghambat pelepasan neuropeptida dan memodulasi saraf sensorik jalan napas (contoh: Levodropropizine). 

3. Obat yang bekerja di pusat (area otak) pada reflek batuk. Salah satu contoh obat jenis ini adalah opiod lemah bekerja langsung pada pusat batuk di medula (area otak) sehingga menekan reflek batuk (contoh obat: codein).

4. Obat yang bekerja di perifer dan pusat pada reflek batuk. Jenis obat ini bekerja ganda menekan batuk di area otak dan reseptor saluran napas, bisa juga sebagai dekongestan (pelega sumbatan di hidung). 

5. Obat yang bekerja meningkatkan expiratory flow (aliran udara ekspirasi) sehingga memiliki peningkatan fungsi mukosilia (bulu-bulu halus di mukosa saluran napas). Obat ini lebih bermanfaat untuk penderita asma.



Dengan demikian, cara terbaik atasi batuk adalah tentu mengetahui patofisologi atau penyebabnya dan pilihan penggunaan obat pereda batuk dapat disesuaikan sesuai mekanisme batuk yang diderita pasien. Biasanya dokter memberikan kombinasi obat-obatan.



Contoh paling sering batuk akut disebabkan oleh infeksi virus pada saluran napas bagian atas (common cold) atau saluran pernapasan bagian bawah (bronkitis akut). Pengobatan paling baik untuk batuk akibat flu biasa adalah kombinasi antihistamin dengan dekongestan, Antibiotik tidak diindikasikan untuk kasus batuk akut jenis ini.



Faktanya, obat batuk masih belum cukup untuk membuktikan kemanjuran dan keamanannya, selain itu perlu diperhatikan pendekatan non farmakologi yang efektif untuk pereda batuk, contohnya istirahat yang cukup dan minum banyak cairan. Istirahat cukup dapat mengembalikan daya tahan tubuh. Minum banyak cairan membantu kerja mukosilia saluran napas mengeluarkan partikel perangsang batuk.




Sumber:

1. Sara Manti et al. Cough Remedies for Children and Adolescents: Current and Future

Perspectives, 2020

2. KT Kandiwa et al. A modern approach to cough management. 2022

3. Ziad. C et al. Clinical Approach to Acute Cough. 2010


Tidak ada komentar: