Nina Mariana

Blog Seputar Kesehatan, Obat & Terapi

 

Terapi individual




Suatu penyakit pasti ada terapinya, dalam hal ini obat. Baik obat alami, kimia, sintetik atau apapun penyebutannya. Dalam suatu pengembangan obat baru, terdapat dosis terapi yang ditargetkan dalam uji klinik fase 1, fase 2 atau fase 3. Kadang dosis terapi tersebut tidak sesuai dengan tujuannya. Tujuannya yaitu untuk menggambarkan dosis maksimum yang dapat ditoleransi pasien, sehingga diketahui pola efek samping dan toksisitas obat. Oleh karena itu pemahaman farmakokinetik obat dan farmakodinamiknya amat penting karena dapat menunjukkan bahwa obat tersebut mencapai targetnya atau tidak (contohnya pada obat kemoterapi).



Kenapa bisa terjadi ketidaksesuaian dalam penentuan dosis optimal pada setiap pasien? padahal dosis obat tersebut yang kita harapkan dapat menghambat kerusakan pada target disuatu jaringan atau target di sel organ tubuh manusia dengan seefektif mungkin. 



Secara umum, ketidaksesuaian itu karena adanya variasi antarindividunya, perbedaan dosis antara satu orang dengan orang yang lain sangat besar. Hal ini membuat sangat sulit untuk mencapai parameter farmakokinetik/farmakodinamik target terapi tersebut, misalnya, pada kondisi konsentrasi kadar obat dalam plasma seseorang yang berada di bawah area under the curve (AUC), sebagai parameter farmakokinetiknya. Dengan mengetahui parameter kadar obat dalam plasma (AUC tersebut) maka memungkinkan untuk meningkatkan dosis secara rasional dan aman pada satu individu. Dengan kata lain, terapi itu memang harus berlaku secara individual. Ada skala dan jadwal seperti peningkatan dosis intrapasien yang cukup bermanfaat untuk diterapkan. 



Konsep terapi secara individu ini adalah dalam rangka menuju terapi obat ideal untuk mencapai dosis tepat, obat tepat, pada waktu tepat, dan pada pasien yang tepat. Konsep ini membuat pengobatan lebih presisi pada satu individu yang dipisahkan dari populasi.




Sumber:

1. David J. Kerr, CBE, MD, DSc, is a professor of cancer medicine at the University of Oxford.

2. Evan J. Begg. A unified pharmacokinetic approach to individualized drug dosing. BJCP



Tidak ada komentar: