Ada hubungan apa antara rasa kesepian dengan kesehatan?. Semenjak pandemi Covid-19, banyak muncul artikel ataupun penelitian yang membahas mengenai kesepian dan dampaknya bagi kesehatan. Kondisi pandemi Covid-19 mewajibkan seseorang untuk Isolasi dari lingkungan sosial dan mulai merasakan sepi. Hal tersebut kadang menyakitkan, berbahaya bagi kesehatan. Padahal, tidak hanya dalam kondisi pandemi saja seseorang mengalami isolasi dan kesepian, namun fenomena kesepian ini bisa menyerang siapa, kapan dan dimana saja.
Penelitian di Malaysia, menyatakan bahwa kesepian umumnya merupakan suatu ekspresi emosi negatif akibat putusnya suatu hubungan, terutama dari jejaring sosial yang terdiri dari anggota keluarga, teman, atau komunitas. Oleh karena rasa kesepian ini dipandang sebagai emosi negatif, kebanyakan seseorang menyembunyikan hal tersebut.
Populasi terbanyak yang merasakan kesepian adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Usia tersebut adalah usia bagi para orang tua kita. Penelitian ini menyebarkan lembar pertanyaan kepada 380 responden lansia berusia diatas 60 tahun yang tinggal di komunitas pinggiran kota di Pontian, Johor, Malaysia. Jenis kesepian diukur menggunakan the short-form of the Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA-S), tingkat depresi diukur menggunakan Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15).
Hasil penelitian dari Malaysia ini menyebutkan secara bermakna bahwa kesepian akibat dampak sosial dialami oleh 62,2% responden yang menderita depresi, 41,9% di antaranya dengan penurunan kesehatan fisik, dan berhubungan dengan kondisi depresi. Kesepian yang dirasakan secara emosional berhubungan dengan depresi dan penyakit kronik. Kesepian akibat ketiadaan keluarga juga berhubungan secara nyata dengan suatu penyakit kronik. Dari beberapa penelitian lain di seluruh dunia pun membuktikan adanya hubungan kuat antara kesepian dan depresi.
Dampak kesepian berkembang secara bertahap seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, keadaan ini dapat menurunkan fungsi pertahanan tubuh seseorang, sehingga membuat mereka rentan terhadap masalah kesehatan. Bagi individu yang sudah menderita penyakit jantung koroner, gangguan kognitif, dan insomnia, maka kesepian ini lebih berisiko tinggi terkena ganguan mental sepanjang rentang hidupnya.
Penting bagi siapapun (tidak hanya kalangan medis) untuk memahami dan mengembangkan cara untuk mengurangi kesepian di kalangan populasi orang dewasa lanjut usia atau setidaknya untuk orang tua kita.
Menjelang hari pertama bulan Ramadhan 2024, kutipan lirik lagu Mustofa sangat menyentuh hati “Hilalmu datang menerangi hariku yang terasa sunyi, oooh Ramadhan….berkahmu kutunggu, angkat musibahku…” Selamat menjalankan ibadah puasa bagi jiwa-jiwa sunyi, semoga Ramadhan kali ini menjadi penyembuh luka dan sepi.
Sumber:
1. WHO, Social isolation and loneliness are painful, harmful for our health, 2024
2. Siti Zuhaida Hussein, Loneliness and Health Outcomes Among Malaysian Older AdultsLoneliness and Health Outcomes A, 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar