Nina Mariana

Blog Seputar Kesehatan, Obat & Terapi

 


Vitamin D


Sebuah publikasi penelitian tahun 2024 dari China, tentang potensi mekanisme vitamin D menghambat kanker tiroid. Penelitian tersebut merupakan eksperimen in vitro (kultur suatu sel atau jaringan di dalam cawan) yang menyatakan bahwa vitamin D secara efektif menghambat proliferasi sel kanker tiroid dan menurunkan regulasi ekspresi gen ESR1.  Gen ESR1 yaitu salah satu gen target vitamin D terhadap kanker tiroid. Penelitian ini juga berhasil menemukan jalur proses biologi yang mempengaruhi target gen tersebut sehingga memungkinkan adanya interaksi antara vitamin D melalui mekanisme molekular di dalam tubuh. 



Sebenarnya pada tahun 2009 sudah ada penelitian besar pada manusia oleh  Manson dkk. Manson dkk memulai uji klinik pemberian suplemen vitamin D. Penelitian ini diikuti hampir 26.000 orang dewasa (relawan) yang umumnya sehat, yang secara diacak untuk menerima 2.000 unit internasional (IU) vitamin D atau menerima plasebo (obat kosong), selama rata-rata 5,3 tahun. Para relawan penelitian terbagi rata antara pria dan wanita, dan 20 persen pesertanya berkulit hitam. Penelitian ini dirancang untuk melihat apakah suplemen vitamin D dapat mencegah kanker atau penyakit kardiovaskular. Hasilnya cukup mengejutkan, bahwa Vitamin D tidak secara signifikan mengurangi total kejadian kanker, namun menunjukkan sinyal yang menjanjikan untuk pengurangan total angka kematian akibat kanker, itu pun setelah pemantauan pada tahun ke-3 dan tahun berikutnya. Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa Vitamin D tidak secara signifikan mengurangi kejadian penyakit kardiovaskular. 



Sehingga masih banyak diperlukan penelitian tambahan untuk dapat menentukan individu mana sebenarnya yang paling mungkin memperoleh manfaat yang lebih apabila diperlukan suplementasi vitamin D.


Vitamin D

Vitamin D memang punya peran penting dalam kesehatan. Vitamin D membantu tubuh dalam menyerap dan mempertahankan kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor penting untuk membangun tulang.



Kenyataannya tambahan vitamin D dalam bentuk suplemen tidak diperlukan bagi kebanyakan orang.  Manusia mendapatkan vitamin D sebagian besar dari sinar matahari. Ternyata manusia mirip dengan tumbuhan bahwa tubuh manusia dapat memproses sinar ultraviolet menjadi sesuatu yang dibutuhkan tubuh, persis dengan fotosintesis. Saat sinar UV (UVB) menerpa kulit, maka sinar tersebut mulai bereaksi mengubah senyawa di kulit yang disebut sterol menjadi prekursor vitamin D (D3). Molekul di dalam tubuh tersebut, setelah beberapa tahapan, menjadi suatu bentuk vitamin yang meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan meningkatkan mineralisasi tulang.  Jaringan target lain sebagai reseptor vitamin D, contohnya usus besar, prostat, dan payudara, organ - organ tersebut mengaktifkan vitamin D untuk mengatur pergantian sel secara lokal.



Vitamin D memiliki berbagai peran imunogenik dan antiproliferatif di seluruh tubuh, serta aktivitas endokrin. Vitamin D juga berperan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengatasi peradangan dengan cara mempengaruhi senyawa inflamasi dan menekan penumpukan sel proinflamasi. Bagi penderita Covid-19 saat pandemi yang lalu, tambahan suplemen vitamin D telah digunakan sebagai salah satu penanganan kedaruratan pandemi dalam hal peningkatan kekebalan tubuh dan antiinflamasi.



Pada beberapa kondisi, tubuh manusia sangat kurang mendapat cahaya matahari, namun tubuh masih mampu beradapatasi  dengan cara sel hati dan lemak dapat menyimpan vitamin D untuk digunakan di lain waktu ketika tubuh tidak mendapat cahaya matahari yang cukup. Sehingga, tubuh memiliki cukup sirkulasi dari hati untuk menjaga kecukupan kalsium dan kadar fosfor. Artinya, belum tentu kita membutuhkan dosis besar setiap hari. Cadangan vitamin D umumnya bertahan sekitar 10 hingga 12 minggu. 



Sumber alami vitamin D lain yang bisa kita peroleh yaitu berasal dari makanan. Ikan, contohnya salmon dan tuna, juga minyak ikan cod. Suplemen biasanya berisi campuran bentuk D3 dan D2, senyawa D3 umumnya berasal dari lemak bulu domba, selain itu susu juga merupakan sumber vitamin D. Jadi, apakah kita mengonsumsi suplemen atau tidak, tambahan vitamin D akan tetap didapat apabila kita mengonsumsi produk susu, sereal, susu nabati, atau makanan fortifikasi lainnya.



Sumber:
1. Bin Liu. Investigating potential mechanisms of vitamin D against thyroid cancer via network pharmacology and experimental validation. Chemical biology and drug design. 2024
2. Christie. The rise and fall Vitamin D. Scientific american. 2024
3. Manson JE. Vitamin D research and clinical practice: at a crossroads. JAMA. 2015






Tidak ada komentar: